Jauh Dari Kasus Korupsi, bjb didorong Gubernur Jabar untuk Inovasi
Kasus korupsi
menjadi momok tersendiri bagi kemajuan industri perbankan baik pada skala nasional maupun jika perbankan tersebut
adalah bank pembangunan daerah. Salah
satu bank yang jadi perhatian terkait kasus korupsi adalah bank bjb milik
pemerintah provinsi Jawa Barat.
Sebagai bank BPD
terbaik di Indonesia, bank bjb sangat jauh dari kasus korupsi. Hal tersebut
terjadi lantaran bjb menjalankan dengan benar dan sungguh-sungguh Good
Corporate Governance (GCG). Program tersebut
benar-benar menjadi sebuah landasan agar performa bjb selalu lebih baik
dan terhindar dari praktik korupsi.
Meski demikian,
cobaan terhadap pelaksanaan GCG agar terhindar dari kasus korupsi tidak selalu
mulus. Hal ini terlihat saat munculnya kasus bjb syariah yang menyeret mantan
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) diperiksa penyidik Direktorat Tindak
Pidana Korupsi Bareskrim Polri sebagai saksi dalam kasus penyaluran kredit
kepada PT Hastuka Sarana Karya (HSK) dari Bank Jabar Banten (BJB) Syariah.
Isu kasus
korupsi yang merebak terjadi di bjb syariah dan menyeret mantan gubernur Jabar
Aher tidak terbukti. Aher mengatakan saat menjabat sebagai gubernur ia adalah
pemegang saham di BJB mewakili pemerintah, bukan pada BJB Syariah yang
merupakan anak usaha BJB.
"Terkait BJB
Syariah, saya tekankan bahwa saya tidak ada hubungan hukum apapun dengan BJB
Syariah, tidak ada hubungan kredit apalagi hubungan keuangan. Tidak ada,"
ujarnya.
Kembali menyoal
soal bank bjb yang tidak terlibat kasus korupsi, Gubernur Jawa Barat (Jabar)
saat ini, Ridwan Kamil mengatakan akan terus mendukung upaya Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten atau bank bjb untuk bertransformasi dan berinovasi
dengan lebih berpihak pada masyarakat Jabar. Khususnya, pelaku UMKM.
Menurut Ridwan
Kamil, kemudahan akses layanan perbankan dapat mengentaskan praktik rentenir
yang saat ini semakin marak di kalangan masyarakat golongan menengah ke bawah
atau golongan ekonomi lemah.
BJB harus
mempunyai target market yang lebih luas dan menyentuh lapisan masyarakat
terkecil," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil dalam acara 'Penutupan
Business Review bjb Semester I Tahun 2019' di Ballroom Hotel Aryaduta, Kota
Bandung, Rabu (7/8).
Menurut Emil,
BJB harus mengoptimalkan penyaluran kredit mikro (Mesra) yang merupakan program
unggulan. Serta, dapat melepaskan warga Jawa Barat terhadap jerat rentenir.
"Saya kira bjb punya kapasitas luar biasa," katanya.
Emil juga
berpesan agar bjb terus meningkatkan kinerjanya melalui dukungan teknologi dan
inovasi demi merespons peluang-peluang di masyarakat, salah satunya rencana
pengembangan infrastruktur dengan nilai total hampir Rp 600 triliun.
"Dimasa
yang akan datang, bjb terlibat aktif, didahulukan untuk proyek-proyek di Jawa
Barat," kata Emil.
Selain hal-hal
tadi, kata dia, hal lain yang perlu di perhatikan adalah IT yang juga jadi
kebutuhan dalam era 4.0 ini. "Kalau infrastruktur, mikro dan IT-nya
dibenahi, saya punya keyakinan luar biasa kalau bank ini (bjb) akan berlari
dalam waktu yang akan datang," katanya.
Menurut Direktur
Utama Bank bjb Yuddy Renaldi, untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang
berkualitas dan berkelanjutan pihaknya akan menerapkan tiga fokus utama.
Fokus pertama,
kata dia, adalah reposisi bisnis. Kedua
reorganisasi, dan fokus ketiga re-engineering teknologi informasi. Ia
sangat optimistis, dapat menghadapi berbagai tantangan industri perbankan saat
ini dengan menjalankan tiga fokus utama tersebut dengan dukungan sumber daya
manusia yang mumpuni serta jaringan kantor yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
Yuddy
mengatakan, sesuai rencana bisnis dan program kerja bjb pun berkomitmen untuk
mendukung pembangunan ekonomi di daerah maupun nasional melalui pembiayaan
terhadap sektor produktif dengan fokus UMKM dan infrastruktur.
"Sebagai
salah satu program akselerasi, kami akan berkolaborasi dengan BUMD-BUMD lain di
wilayah Jawa Barat dan Banten agar pembangunan dan program-program pemerintah
dapat segera direalisasikan," kata Yuddy.
Dari segi
kinerja, pencapaian bank bjb pada semester satu tahun 2019 memberikan hasil
yang memuaskan. Total aset bank bjb tumbuh 6,4 persen year on year (yoy)
menjadi Rp 120,7 triliun.
Pertumbuhan aset
ini didukung penghimpunan DPK sebesar Rp 95,1 triliun atau tumbuh sekitar 7
persen dari tahun lalu. Untuk total kredit yang disalurkan mencapai Rp 78,2
triliun atau tumbuh sebesar 8,2 persen yoy. Sementara untuk laba bersih setelah
pajak tercatat sebesar Rp 803 miliar.
Kualitas kredit
bank bjb juga berhasil dijaga dengan baik, di mana rasio Non Performing Loan
(NPL) dapat bertahan di level 1,7 persen atau lebih baik dibanding rasio NPL
industri perbankan per Mei 2019 sebesar 2,61 persen.
Adapun rasio Net
Interest Margin (NIM) bank bjb berada pada level 5,7 persen atau berada di atas
rata-rata rasio NIM industri perbankan yang mencapai 4,9 persen.
Komentar
Posting Komentar